Berbalut jubah dan jilbab serba hitam
dia tampak misterius dalam cadar hitamnya itu. Sejenak orang akan menyangkanya
sebagai teroris begitupun dengan diriku. Aku Zulkifli mahasiswa jurusan
pendidikan olahraga dan kesehatan semester tujuh yang sedang mencari calon
istri solehah. Entah mengapa ada daya tarik di dalam hati ini akan wanita di
balik cadar hitam yang kutemui itu. Bola mata ini sama sekali tak letih
memandang pesonanya. Sungguh dia laksana mawar berduri yang sangat indah.
Geritik hati menanyakan siapa gerangan wanita di balik cadar hitam itu?
Sebagian dari orang di pasar ini sudah
kutanyai perihal wanita itu.
Ironisnya
mereka tidak tahu sama sekali tentang dia.
“Bu,
kira-kira Ibu tahu tidak wanita itu?”
“Ibu
nggak tahu, Nak.”
“Oh,
itu kentangnya juga Bu dimasukin ke kantong kresek.”
Beribu-ribu pertanyaan mengisi ruang
hatiku. Aku masih penasaran dengan dia. Aku mencoba membuntutinya dari arah
jauh ini. Tak sampai jauh melangkah dering handphoneku berbunyi. Siapa lagi
kalau bukan dari Ibu tercinta yang menunggu pesanan pembeliaannya.
“Zul,
sudah dibelikan pesanan Ibu?”
“Sudah,
Bu.”
“Ya
udah kalau begitu cepat pulang jangan mampir di rumah teman kamu.”
“Iya,
Bu. Ini Zul mau pulang.”
“Hati-hati
di jalan, Zul.”
“Iya,
Bu.”
Ku
tutup handphoneku sambil berkata, “Tumben si Ibu perhatian biasanya juga tidak
peduli. Mungkin karena takut pesanannya dicolong pencuri kali yah?” Aku pun
mengurungkan niat membuntutinya. Semoga di lain kesempatan aku dapat bertemu
dia kembali bisik doa di dalam hatiku.
*****
Ibu memang sosok yang aku kagumi. Aku
kagum akan perkataannya yang penuh kasih sayang dan motivasi. Meskipun tidak
bisa baca tulis karena maklum Ibuku dahulu tergolong keluarga miskin,ia
sangatlah pintar dalam matematika apalagi kalau bukan urusan menghitung uang.
Perhitungan dalam belanja itulah ibuku. Akan tetapi Ibu tidak pernah kikir
dengan orang lain. Apabila tetangga membutuhkan uang, Ibu dengan bersedia
meminjamkannya. Tak ada praktek riba yang ibu lakukan. Tidak seperti zaman
sekarang dengan segala cara menghalalkan riba untuk kesenangannya sendiri.
Sungguh orang-orang yang tak bermoral. Padahal jelas sekali Allah mengharamkan
riba tetapi begitulah manusia yang tak mengerti agama seenaknya sendiri
menjadikan orang lain menderita.
Ibu pernah berkata padaku, “Zul, tak
perlu wanita cantik yang menjadi istrimu kelak. Cantik bukan ukuran kebahagiaanmu,
Zul. Ibu hanya meminta carilah istri solehah karena istri solehah sudah pasti akan membuatmu
bahagia, Zul.”
Bersambung....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar