Ku pegang dearyku yang berwarna merah jambu. Deary yang lembar per lembar
mengisahkan jalan hidupku. Aku memang lebih suka mencurahkan isi hatiku lewat
deary ketimbang mencurahkan kepada teman yang terkadang bersifat muka dua. Bagiku
deary ibarat soulmate. Aku tahu sejak SMP sampai sekarang sifatku tidak
berubah. Pendiam dan suka menyendiri itulah sifatku. Sifat yang mulai lahir
ketika ibuku telah meninggal. Dahulu aku tipe orang yang periang dan suka
ngomong ceplas ceplos. Tapi entah mengapa sejak kepergiaan ibu sifat ini mulai
muncul di diriku. Mungkin karena aku bersifat tertutup dan enggan terbuka
kepada orang lain. Aku tahu aku harus terbuka dan bicara tentang kisah rumit
hidupku, membagi goresan luka yang aku alami. Tapi beginilah adanya diriku.
Cenderung tertutup tentang kehidupanku.
Lagi-lagi tinta hitam
kutuliskan di lembaran dearyku. Kuceritakan kembali tentang segenggam anganku bersamanya tapi mungkin itu hanyalah
dunia khayal yang tak mungkin sepertinya menjadi kenyataan. Ku bayangkan aku
telah menjadi istri tercintanya. Sepetinya itu hanyalah bunga tidur. Ku hanya
berharap khayalan tingkat tinggi ini suatu saat nanti akan menjadi kenyataan
bukan semu dan tak berujung lagi.
Ada yang mengusik hati ini sematan rindu yang membara telah merajalela
dikalbuku. Magnet cinta telah menarik jiwa ini untuk memanggilnya. Aku
mencintai kepada pria yang menjadi sahabatku. Dia yang aku gambarkan itu
bernama Mas Adri seorang pedagang batik dan mahasiswa yang sangat kalem. “Ya
Rabbi, izinkan cinta yang hamba rasa ini dapat dirasakan oleh dihatinya agar
hamba tahu apa itu cinta sejati.” Itulah ungkapan hati yang kutulis dalam deary
yang setia menemaniku sampai sekarang.
Mas Adri sosok lelaki yang aku kagumi. Memang dia tak tampan, jika
disejajarkan dengan aktor Eza Yayang jauh lebih tampan sang aktor itu. Aku
tidak tahu mengapa ada segelintir perasaan yang menyentuh hatiku. Tatapan
matanya yang teduh membuatku seakan masuk pada celah hidupnya. Mas Adri tidak
hanya dikenal sebagai seorang yang pintar dalam berceramah, tapi dia juga
dikenal sebagai pigur yang bijaksana. Itulah mungkin yang membuatku jatuh hati
pada sosoknya. Cinta ini telah bersemayam di ruang cinta yang merindukan akan
kehadirannya. Aku hanya ingin bersama dia sang pujaan yang membuat otak ini
selalu memikirkannya. Melihat dikejauhan mata sudahlah terasa cukup untuk
membuat hatiku tersenyum. Setiap kali langkah ini selalu mengajak untuk
menghampiri dia. Akan tetapi hati selalu menolak hal itu karena aku wanita yang
mempunyai rasa malu dan tidak mempunyai keberanian tingkat tinggi.
*****
Udara pagi menyadarkan aku untuk bangkit dari tempat tidurku. Memenuhi
panggilan azan yang hampir mulai terdengar. Sungguh luar biasa di pagi
menjelang Subuh ini yang seakan menyejukkan hati ini. Kusiram air ke seluruh
tubuhku, terasa nikmat seperti menikmati hidangan lezat. Aku sudah terbiasa
bangun pagi dan melakukan rutinitas ini. Mungkin sebagian orang malas untuk
mandi, mengulur-ulur waktu untuk beribadah. Tapi tidak untuk aku. Perlahan ku ampar
sajadah panjangku seusai dari mandiku, kulafazkan takbir "Allahuakbar".
Aku tahu bahwa salat memang jalan satu-satunya menyatukan hati kepadaNya meski
hati pada kondisi yang terasa gersang atau pun pada saat menangis.
Seringkali hatiku berada pada level kesepian, galau, sunyi pada saat itulah
aku yakin hanya Allah satu-satunya yang
mampu mengubah level itu. Hanya Dia Sang Maha Pengobat Hati yang dapat mengubah
level down hati menuju level ketenangan. Entah berapa banyak lagi air mata yang
mengalir hingga deras tak tertahan di atas sajadah panjang ini. Hati yang
gersang memang terkadang membuatku lemah dan tak berdaya sehingga air mata yang
kurasakan menjadikan saksi bahwa aku tak dapat lepas dari pertolonganNya. Aku
tahu materi bukanlah ukuran kebahagiaan. Aku baru sadar bahwa kebahagiaan itu bukan
ketika kita mendapatkan uang yang berlimpah seperti yang aku rasakan sekarang.
Akan tetapi kebahagiaan itu adalah ketika keberadaan kita dihargai dan terasa
berharga di kehidupan orang lain.
Cinta memang terkadang menuai kesedihan bila tak berlabuh ke lembah
pernikahan. Andai aku dapat memilih aku tak akan pernah memilih mencintainya
apalagi sampai menjadi bagian dari hidupnya. Cinta memang tak mengenal kepada
siapa dia menyapa. Aku hanya dapat berdoa kepadaNya jika dia jodohku
luruskanlah jalan menuju pernikahan, namun bila dia bukan jodohku biarkan aku
tetap menjadi sahabatnya. Karena aku menginginkan cinta yang halal bukan cinta
yang sekedar main-main belaka. Menjadi bagian hidupnya walau dengan status
sahabat itu bukanlah masalah biasa bagiku. Andai aku dapat menjadi pelabuhan
terakhirnya aku akan berusaha menjadi istri sholeha yang terbaik dihatinya.
Tapi itu hanyalah anganku belaka.
*****
"Kau adalah orang yang aku cintai dan tak akan pernah ada yang bisa
menggantikan sosokmu dalam hatiku. Bagiku engkaulah penawar cintaku. Maukah
engkau menjadi permaisuri dihati ini?"
kata sang arjuna cinta.
"Wahai cintaku, tak akan ada kata penolakan dihati ini. Menjadi
permaisurimu itulah harapan terbesarku. Meski aku tak seindah butiran mutiara,
tak setegar karang, tak semanis madu tapi aku tahu hanya kau yang mampu
mengubah presepsiku ini. Aku tak sempurna namun jadikanlah aku sempurna
dihatimu. Karena engkaulah yang mengerti siapa aku sebenarnya dihatimu."
"Adinda Melati, tengoklah sang bintang dia pasti iri denganmu karena
engkau memiliki wajah yang seindah mawar. Tahukah engkau Dindaku, diantara
ribuan bunga hanya engkau yang menampakkan keindahan yang terindah. Bagiku
Dinda, engkau sangat berarti dihidupku. Jangan abaikan perasaan ketulusan
cintamu. Jangan tanyakan pula siapa engkau dalam hidupku. Karena aku tak mampu
menjawabnya."
"Benarkah Mas Adri? selama ini aku selalu bertanya Mas siapa aku
dihatimu. Sudahkah aku menjadi intan yang berharga ataukah aku malah menjadi
sampah yang tiada arti dihidupmu. Aku memang tak akan pernah bisa memberikan
apa yang kau minta dariku, karena aku tak punya apa-apa untuk dapat kuberikan
kepadamu, Mas. Tapi aku hanya memiliki sebuah hati yang tulus mencintaimu."
"Aku tak pernah ingin meminta apapun darimu, tapi yang aku minta
hanyalah satu tetaplah bersamaku wahai Dinda. Karena itu sudah terasa cukup
bagiku."
"Mas, terima kasih atas semuanya mungkin hanya itu yang dapat
kuucapkan."
"Iya, Dinda sayang."
Suara dering handphone menyadarkan aku dari khayalan manis dengan Mas
Adri. Hatiku menggerutu siapa sih yang
SMS semalam ini. Aku mengambil handphoneku melihat ke arah SMS yang datang.
Hatiku berdebar ternyata Mas Adri yang mengirim SMS itu. Tak sabar hatiku untuk
membaca pesan dari sang pujaan hati. Ada gelak tawa yang muncul dihati ini dan
perasaan bahagia ketika SMS itu kubaca. SMS itu berisi,"Bukan aku tak
ingin menyapa hanya saja aku menyadari hadirku tiada arti dihidupmu. Biarkan
aku pergi meski kau tak meminta karena aku tahu apa yang harus aku lakukan saat
diriku sudah tidak berguna dihidupmu."
Kaget itulah ekspresi yang kurasakan, mengapa Mas Adri mengirim pesan
perpisahan itu? Aku pun membalas pesan itu,"Mas Adri apa maksud Mas
mengirim pesan itu."
"Bukan apa-apa?"
"Tapi kok Mas ingin pergi sih. Emang aku salah apa, Mas?"
"Tidak ada."'
"Aku minta maaf yah Mas bila aku ada salah sama,Mas."
"Enggak kok."
"Ya udah,aku mau tidur dulu Mas."
"Tidurlah."
"Iya,Mas."
"Cintaku,maafkan aku."
"Apaan sih,Mas."
"Tidak apa-apa."
"Mas ini aneh deh."
"Ah, masa."
"Iya, beneran."
"Emang apa yang aneh."
"Tanya aja sama diri, Mas."
"Oh,,oke deh."
Sungguh pesan yang datar. Aku kira dia ingin mengatakan sesuatu yang
membuat hatiku damai. Aku kira dia bakalan mengungkapkan kata cinta kepadaku.
Tapi itu hanyalah mustahil, selamanya akan menjadi khayalan belaka. Karena aku
tahu, sekarang ini dia mungkin telah bersama dengan yang lain atau mungkin
mencari cinta sejatinya. Dia memang sosok yang mencabik-cabik cintaku. Membuat
tanda tanya besar akan segala perhatian yang diberikannya kepadaku. Maunya apa?
Entahlah aku pun tak mengerti dengan sikapnya yang selalu membuat jantung ini
berdebar. Aku hanya dapat menghela nafasku yang tersiksa dengan cinta yang aneh
ini. Mungkin khayalan ini hanya sebingkai bayangan yang tak akan menyatu dalam
hidupku.Aku memang harus merelakan kepergiaannya tapi itu sulit bagiku. Memang
sih jika tak ingin hati kecil ini selalu tersiksa maka aku harus mengubur semua
khayalan indah bersamanya. Tak perlu menunggu cinta yang tak pasti. Sungguh aku
baru merasa bahwa diriku bodoh telah melalui hari-hariku dengan khayalan yang
semu ini. Bertahun-tahun aku hanya menanti dan berpangku tangan kapan dia akan
membalas cinta ini sedangkan aku sendiri selalu over cuek dan pemalu kepadanya.
Aku tahu ada gerak-gerik menandakan dia mencintaiku. Yah, mungkin sudah saatnya
aku agresif kepadanya. Lalu aku akan menunggu waktu yang menjawab semua rasa
cinta ini. Tapi lagi-lagi rasa takut mengorogoti relung jiwaku. Aku gengsi dan
malu mengatakan kalau aku mencintainya. Biarlah semua seperti ini, biarkan
cinta bisu ini akan berbicara nanti yang terpenting aku bisa menjadi sahabat
terbaiknya meskipun aku tahu aku jauh dari kata baik. Dinginnya malam membuatku
ingin berkata,"Angin sampaikan kepadanya aku sangat menyayanginya,
sampaikan pula aku cinta dia. Semoga dia mendengarnya." Di lain arah, Mas
Adri seakan mendengar bisikan sapaan angin, dia pun berkata,”Dindaku melati,
aku menyayangimu. Aku mencintaimu. Tapi tunggu aku dahulu menyelesaikan tugas
skripsiku. Aku tahu kamu pasti lelah sudah menjadi sahabatku. Tunggulah dindaku
sayang, aku akan segera melamarmu.”
_ _ _ _ _ _ _ _ _
Tidak ada komentar:
Posting Komentar